5 Wabah yang Mengguncang Dunia

Semenjak pertama kalinya terdeteksi, berdasar data Bonanza88, virus corona cuma memerlukan beberapa waktu untuk menebar ke segala penjuru dunia. Sampai saat ini, terdaftar telah lebih dari lima juta orang di penjuru dunia wafat karena virus ini, terhitung 700.000 di Amerika Serikat.

Berapakah banyak yang hendak mati, bagaimana beberapa negara akan sembuh? Jawabnya tidak dapat ditegaskan walau vaksin yang cukup efisien untuk Corona telah ada. Itu karena variasi baru sudah ada dan beberapa orang di mayoritas negara masih tetap belum tervaksinasi, khususnya di beberapa negara ketinggalan dan kecil.

Tetapi, tahukan Anda jika wabah yang diprediksi dapat menghancurkan manusia bukan ini kali saja pernah terjadi. Sejauh catatan riwayat, telah ada banyak wabah yang terjadi yang menelan korban jutaan bahkan juga beberapa ratus juta jiwa. Selainnya corona, berikut 5 wabah besar yang sudah mengguncang muka dunia.

1. Justinian Plague (Pandemi Justinian)

Yersinia pestis, awalnya namanya pasteurella pestis, ialah bakteri yang bertanggungjawab atas pandemi itu.

Minimal ada tiga kejadian wabah dalam riwayat yang terdaftar disebabkan karena satu bakteri, Yersinia Pestis, infeksi fatal atau dikenali sebagai pandemi.

Pandemi Justinian datang di Konstantinopel, ibukota Kekaisaran Bizantium, di tahun 541 M. Menurut prediksi itu dibawa lewat Laut Mediterania dari Mesir, di mana kutu yang ditunggangi bakteri itu menumpang melalui tikus hitam yang berada di kapal pembawa bij-bijian.

Pandemi itu merusak Konstantinopel, lalu menebar ke semua Eropa, Asia, Afrika Utara, dan Arab. Diprediksi minimal 30 sampai 50 juta orang jadi korban jiwa pandemi ini. Beberapa bahkan juga menyangka setidaknya 1/2 dari komunitas dunia meninggal pada tangan pandemi.

2. Black Death (Pandemi Hitam)

Pandemi Justinian tak pernah betul-betul lenyap, dan saat kembali 800 tahun selanjutnya, pandemi itu membunuh gila-gilaan. Black Death, yang menerpa Eropa di tahun 1347, mengambil minimal 25 juta nyawa yang mengagetkan cuma dalam empat tahun. Beberapa sejarawan memprediksi penyakit itu mengakibatkan angka kematian yang semakin tinggi, sampai 200 juta jiwa.

Menariknya, pada waktu itu orang belum juga mempunyai pengetahuan ilmiah mengenai penyebaran, tapi mereka sadar jika itu ada hubungan dengan contact bersisihan. Tersebut penyebabnya beberapa penguasa di kota dermaga Ragusa yang terkuasai Venesia memilih untuk lakukan isolasi pada pelaut yang baru datang sampai mereka bisa dibuktikan tidak sakit.

Awalannya, periode isolasi ini hanya sepanjang 30 hari, yang dalam hukum Venesia dikatakan sebagai trentino. Seiring waktu berjalan, beberapa orang Venesia tingkatkan isolasi paksakan jadi 40 quarantino atau hari. Dari sini asal kata quarantine atau karantina dan awalnya prakteknya di dunia Barat.

3. Great Plageu of London (Pandemi Besar London)

London tak pernah betul-betul terlepas sesudah Black Death. Pandemi itu ada kembali kurang lebih tiap sepuluh tahun dari 1348 sampai 1665, minimal ada 40 kali peristiwa pandemi cuma dalam kurun waktu 300 tahun. Lalu pada tiap pandemi pandemi, minimal 20 % warga (baik cowok, cewek, dan anak-anak) yang tinggal di ibukota Inggris terbunuh.

Di awal 1500-an, Inggris berlakukan hukum pertama untuk pisahkan dan menutup orang sakit. Pandemi Besar tahun 1665 ialah yang paling akhir dan salah satunya yang terjelek dari pandemi ini sepanjang berabad-abad. Minimal 100.000 masyarakat London meninggal cuma dalam tujuh bulan.

4. Cacar

Cacar telah berada di Eropa, Asia, dan Arab sepanjang beratus-ratus tahun, dan jadi teror terus-terusan yang membunuh tiga dari 10 orang yang terkena dan tinggalkan bekasnya dengan sisa cedera bopeng.

Tetapi, tingkat kematian di daerah-daerah itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan keruntuhan yang dirasakan warga asli Amerika saat virus cacar datang pada era ke-15 bersama pelacak Eropa pertama.

Warga asli Meksiko dan Amerika Serikat waktu itu tidak mempunyai kebal alami pada cacar dan virus itu membunuh mereka sampai beberapa puluh juta orang.

Tidak ada pembunuhan oleh pandemi dalam riwayat manusia yang menyaingi apa yang terjadi di Amerika. Menurut beberapa pakar riwayat, 90 sampai 95 % dari komunitas pribumi hancur lebih dari satu abad. Komunitas Meksiko berbeda, dari 11 juta orang saat sebelum penguasaan Eropa, jadi cuman satu juta.

5. Kolera

Di awal sampai tengah era ke-19, pandemi kolera menerpa Inggris yang tewaskan sampai beberapa puluh ribu orang.

Awalannya beberapa orang memercayai teori yang menjelaskan jika penyakit itu menebar dari udara polusi yang dikenali sebagai “miasma “.

Tapi seorang dokter Inggris namanya John Snow menyangka jika penyakit misteri, yang membunuh korbannya dalam sekian hari sesudah tanda-tanda pertama, mengincar di air minum London.

Snow lalu lakukan penyidikan pada catatan rumah sakit dan laporan kamar mayat agar bisa mencari sumber dari pandemi mematikan ini. Usahanya berbuah hasil saat ia mendapati data jika stidaknya dalam masa 10 hari akhir minimal ada 500 kasus infeksi fatal disekitaran pompa Broad Street, sumur kota yang terkenal untuk air minum umum.

Dengan usaha yang gigih, Snow memberikan keyakinan petinggi di tempat untuk melepaskan pegangan pompa di sumur minum Broad Street, membuat tidak bisa dipakai, dan seperti sichir, penebaran kolera berhenti.

Sayang berdasar data Bonanza88, walau kolera mayoritas sudah dibasmi di beberapa negara maju, penyakit ini masih jadi pembunuh terus-terusan di beberapa negara dunia ke tiga. Itu karena mereka tidak mempunyai pemrosesan sampah yang ideal dan akses ke air minum bersih.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *